RESENSI NOVEL LAUT PASANG 1994


Novel Laut Pasang 1994

Sumber : Niken YA

  1. Identitas Novel

Judul Novel

Laut Pasang, 1994.

Pengarang

Lilpudu

Penerbit

Akad x Tekad

ISBN

978-623-5953-36-6

Tebal

320 halaman


  1. Sinopsis Novel

Novel “Laut Pasang, 1994” merupakan salah satu karya terbitan Akad X Tekad dari penulis Airinda Nanda Suryadi yang biasa dikenal dengan nama pena Lilpudu. Novel ini pertama kali diunggah melalui platform Wattpad dan mendapat sambutan hangat dari para pembaca. Kesuksesan Lilpudu dalam menarik para pembaca melalui karya-karyanya dapat dibuktikan dengan jumlah pengikut akun Wattpad-nya yang mencapai 52 ribu, Sementara itu, novel Laut Pasang 1994 merupakan salah satu novel yang terinspirasi dari peristiwa Tsunami yang melanda Banyuwangi, Jawa Timur pada tahun 1994. Latar yang digunakan dalam novel ini pada tahun 1988. 


Laut Pasang, 1994 menceritakan tentang kehidupan keluarga Purnomo yang terdiri, Purnomo-Bapak, Ratna-Ibu, Simbah beserta ketujuh anaknya yakni Khalid, Nadi, Dewangga, Apta, Esa, Dipa, Windu, serta Ayam jantan kesayangan yang diberi nama Hartono. Keluarga yang sederhana akan tetapi hangat, namun dibalik semua itu, Ratna sang Ibu ternyata menyimpan derita dan luka yang amat mendalam, diam-diam ia menahan sesak mengetahui Purnomo suaminya main wanita dan minum-minum alkohol disaat semua orang tertidur lelap. Ibu tak dapat melawan ataupun menegur keras perbuatan Bapak karena dirinya merasa  menjadi beban karena sakit TBC yang diidap. Dengan tubuhnya yang ringkih dan penyakitnya sering kambuh Ibu dan bisa memaksakan Bapak untuk terus bersamanya. Meskipun Bapak main wanita, minum-minum dan suka berjudi di tongkrongan bersama temannya, di hati Bapak hanyalah ada satu nama yakni Ibu. Sebejat-bejatnya Purnomo, ia merupakan suami dan seorang Bapak yang bertanggung jawab, besar cintanya kepada keluarga tak tertandingi melebihi apapun. Akan tetapi, Ibu nampaknya mulai menyerah dan kalah dengan penyakit yang dideritanya. 


Kehancuran keluarga Purnomo mulai menghampiri keluarga mereka. Tak ada yang hidup dapat hidup  dengan keikhlasan merelakan kepergian Ratna, sang anak, istri sekaligus ibu bagi ketujuh anak laki-lakinya. Semua orang terpukul, tak terkecuali Bapak yang benar benar kehilangan belahan jiwanya. Sikapnya  yang dulu lemah lembut berubah menjadi kasar dan sering mabuk. Perubahan itu terasa begitu cepat, bahkan belum sepuluh hari sejak kepergian sang ibu. Anak-anak mereka pun merasakan keanehan dari Bapak yang kini terasa seperti orang yang sama sekali berbeda. Namun, meski begitu, Ibu meninggalkan pesan kepada ketujuh anak laki-laki agar tetap menyayangi Bapak mereka, tak peduli seburuk apapun perilakunya.Tak terasa enam tahun sejak kepergian Ibu, mereka mencoba hidup meskipun ada kekosongan di hati masing-masing anggota keluarga. Bapak yang semakin menjadi-jadi larut dalam kesedihan. Alkohol seakan-akan menjadi teman kesehariannya meskipun pada akhirnya ia akan terus teringat dengan sosok Ibu. Khalid anak pertama yang tumbuh menggantikan sosok Bapak dan Ibu bagi keenam adik-adiknya, Dewangga, Nadi, Apta, Esa, Dipa, dan Windu ketujuh raga yang berusaha untuk saling menguatkan satu sama lain. Simbah yang berusaha keras untuk menghubungkan kembali kebahagiaan antara menantu dan cucunya, meskipun ia tetap kalah melawan keadaan. Mereka sama-sama terluka, namun tidak tahu bagaimana cara menyembuhkan luka dari masing-masing jiwa. Bapak jarang pulang setelah ibu pergi, ia hanya akan pulang ketika emosinya tengah meluap-meluap, menumpahkan seluruh emosinya dengan memukul dan memarahi anak-anaknya. Tak terkecuali Apta anak keempatnya yang selalu menjadi sasaran empuk pukulan dari tangannya. Apta tumbuh menjadi anak yang suka bertengkar di sekolah, sifat nakal ini bukan tanpa alasan ia ingin terlihat dimata Bapak meskipun banyak sekali torehan luka yang diberikan Bapak. Senakal-nakalnya Apta ia memiliki tujuan hidup membuat Bapak bangga dibuktikan dengan nilai rapotnya yang tidak ada yang kosong meskipun harus menyalin tugas dari temannya. 


Puncaknya, Apta begitu kecewa saat memergoki Bapak yang tengah minum-minum bersama wanita lain.  Apakah sebegitu terpukulnya hingga Bapak melakukan semua ini untuk melampiaskan kesedihannya? Bapak mulai merenungi selama ini ia telah menorehkan luka begitu mendalam bagi ketujuh anaknya. Menganggap dirinya paling terluka, namun ia tidak menyadari bahwa  ketujuh anaknya juga sama terlukanya. Bapak seolah mendapatkan tamparan keras atas apa yang telah diperbuat selama ini. Ia juga merenungi perkataan temannya, Pak Surya yang begitu emosi tak terima  melihat perbuatan yang dilakukan  Bapak kepada Apta. Bapak ingat betul setiap kalimat yang diucapkan sahabatnya itu selalu menusuk tepat di ulu hatinya. Menceritakan bahwa dulu Apta datang dengan semangatnya mencari Bapak karena tak  pernah pulang semenjak Ibu sudah tiada, Namun dengan kasarnya ia memukul Apta tanpa ampun akibat pengaruh alkohol. Ketujuh anaknya tahu apa tentang sakit yang ia rasakan? Mereka hanya butuh sosok Bapak yang telah lama hilang untuk bersama-sama sembuh dan ikhlas.


Malam itu, Bapak bertekad untuk memperbaiki semuanya. Dengan menurunkan ego dan gengsinya ia berjalan dengan langkah penuh pertimbangan menuju rumah yang selama ini ia tinggalkan. Rumah yang dulu membuatnya hangat, rumah yang selalu ramai dan rumah yang membuatnya bahagia. Rumah itu masih sama, kebahagian itu juga masih ada meskipun sosok Ratna telah pergi, ketujuh anak laki-lakinya itu berusaha bertahan hidup satu sama lain. Obat untuk sembuh yang ia cari selama ini adalah rumah ini, Simbah, Apta, Windu, Nadi, Dewangga, Khalid, Esa dan Dipa. Berdamai dengan keadaan dan mengikhlaskan merupakan obat paling manjur sekaligus sebagai penenang. Karena bagaimanapun setiap insan yang ada didunia ini akan kembali kepada-Nya. Bapak mulai menata kembali kehidupan, yang telah lama hilang. Namun ternyata kebahagian itu hanya sebentar. Sebuah bencana besar yang menghantam Banyuwangi pada saat itu. Tanah berguncang hebat, menghancurkan semua yang ada di sana. Airnya laut semakin naik kedaratan.  Teriakan orang memanggil anaknya, memanggil orang tuanya, memanggil kakaknya, memanggil adiknya, memanggil tetangganya tak membuat Apta lengah dan berlari masuk ke dalam rumah untuk mencari Simbah yang masih berada di dalam. Simbah terlalu tua dan rapuh untuk bisa dijalankan oleh tubuh lemahnya. Simbah tidak mau merepotkan siapapun lagi, Simbah lebih memilih menyendiri daripada melihat cucu-cucunya dalam kesulitan  berusaha menolongnya namun tidak ada gunanya sama sekali. Kejadian itu sangat cepat, tubuh mereka tak ada yang selamat terhempas air laut  dengan sangat kuat.


Tahun 1994 menjadi tahun yang paling menyakitkan bagi Bapak. Bahkan, bagi warga kampung sekalipun. Kejadian yang sangat cepat dan tak disangka kehadirannya, merenggut banyak sekali senyuman dan kebahagiaan. Air laut yang dengan ganasnya meluluhlantakkan semuanya. Bapak seakan-akan dicambuk oleh takdir, ia  yang keras kepala dan egois mendapat balasan atas semua perbuatannya selama ini. Entah ini sebuah keberuntungan atau justru kesialan, Bapak berhasil selamat dari peristiwa itu ketika sebuah tiang besar menjadi tumpuan menyelamatkan tubuhnya. Meskipun Bapak bersusah payah meneriaki satu persatu nama ketujuh anaknya yang terseret air malam itu, tak ada satupun dari mereka yang kembali pulang. Bapak benar-benar terpukul dan sangat menyesal karena belum sempat meminta maaf pada mereka.






Seputar Aku: 

Niken Y A atau yang lebih sering dipanggil Niken, Nikenzie, Kenyun, atau Achi. Merupakan gadis pecinta drama korea, berbagai genre drama pernah ia jelajahi. Memiliki hobi Horizontal body battery-saving mode alias rebahan alih-alih berkegiatan diluar. Selain hobi rebahan dirinya juga suka kucing dan suka  membaca novel bergenre angst untuk menumpahkan emosinya. Kalian dapat menjumpai manusia ini di Instagram @nikenyn___ selamat berkenalan!



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Puisi Doa Karya Chairil Anwar

S e n j a A k u d a n K a m u

ANALISIS PUSI KANGEN KARYA WS RENDRA