Analisis Drama “Dukun-Dukunan” karya Puthut Buchori


Analisis Drama “Dukun-Dukunan” karya Puthut Buchori

https://indonesiakaya.com/ 

1.    Sinopsis Drama “Dukun-Dukunan” karya Puthut Buchori

Dalam drama Dukun-Dukunan Karya Puthut Buchori menceritakan tentang kehidupan keluarga. Dimana  Bapak Asdi merupaka seorang pengangguran yang hobinya memancing. Istrinya sangat kesal dengan hal itu karena memiliki suami seorang pengangguran. Suatu hari Sang istri tidak sengaja bertemu dengan Parji PRT yang sedang mencari seorang dukun untuk  menyembuhkan Putri majikannya. Karena mendapat ide istrinya menjabak Pak Adi. Dirinya mengatakan kepada Parji PRT bahwa ia telah dekat dengan Dukun paling sakti namun dengan syarat bahwa Parji harus memukul suaminya agar mau mengaku sebagai seorang dukun sakti. Mau tidak mau Pak Asdi terpaksa berpura-pura  menjadi dukun karena takut dipukul.  Berbagai usaha dilakukan majikan parji yaitu Pak Martabat dan Ibu Martabat untuk menyembuhkan Putrinya yang bisu. Dokter, dukun maupun suster telah ia datangkan untuk menyembuhkan Putrinya tetapi tidak berhasil.Saat datang ke rumah Pak Martabat, Pak Asdi  mulai melaksanakan analisis-analisisannya. Bagai seseorang dukun sakti dia mulai segala penyakit yang  sulit dijangkau bisa ia rasakan hanya sekali lihat Kedua majikan yang telah terlanjur mengagung-agungkan dukun sakti itu hanya mengangguk-angguk layaknya orang yang telah paham. Dalam proses pengobatan hanya ada Pak Asdi dan Putri dalam satu ruangan, dengan paniknya Pak Asdi bercerita bahwa dirinya bukanlah dukun sungguhan melainkan hanya seorang pengangguran yang takut dipukuli oleh Parji PRT melihat hal itu Putri hanya tertawa dan mengatakan tidak usah berbohon di depanya. Selama proses pengobatan, Putri kebetulan sehat dan mengaku tidak sakit, hanya pura-pura sakit agar tidak dijodohkan oleh orang tuanya dan ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Akhirnya Pak Asdi dan Putri bersekongkol untuk menguntungkan keduanya. Alur ini berjalan sesuai keinginan Pak Asdi dan Putri.

Ø Analisis Drama “Dukun-dukunan” karya Puthut Buchori

Tema yang diangkat  pada drama ini merupakan sosial masyarakat. Karena drama ini menceritakan keluarga  sepasang suami istri yang tengah  mempermasalahkan ekonomi. lalu saat ada peluang mereka langsung menerima dan manfaatkan lantaran factor keadaan. Alur atau kerangka drama Dukun-dukunan memakai alur maju Puthut Buchori mampu menyusun alur dengan rapi sehingga memudahkan para pembaca  untuk memahami keruntutan cerita dari  awal sampai akhir. Latar tempat dalam  drama Dukun-dukunan katya Puthut Buchori terdapat disebuah desa pada tempat tinggal suami istri & tempat tinggal Pak Martabat. Adapun tokoh dan penokohan dalam drama ini : Pak Asdi seorang suami pengangguran yang hobinya suka memancing dikali, Bu Asdi digambarkan sebagai sosok istri yang pemarah dan cerewet karena memiliki suami yang tidak bekerja. Parji, pekerja rumah tangga yang patuh kepada majikannya. Pak Martabat dan Ibu Martabat, sepasang suami istri yang pantang menyerah untuk kesembuhan putri mereka, meskipun Ibu Martabat adalah sosok yang cerewet dan pemarah karena berbagai dukun, tabib, dokter maupun dokter mereka datangkan untuk kesembuhan putrinya namun tak ada hasil sama sekali. Pak Martabat dengan sifatnya yang penyabar mampu mendinginkan suasana. Tokoh Putri digambarkan sebagai anak yang ingin memperjuangkan cita-citanya dan memilih Pendidikan dibandingkan perjodohan yang telah ditentukan kedua orang tuanya, dengan ide cerdiknya ia berpura-pura bisu agar tidak dijodohkan. Drama ini memiliki Amanat yang tersampaikan  kepada para pembaca bahwasanya kita harus bekerja keras disaat raga kita masih sehat. sudah semestinya orang tua mendukung penuh anaknya dalam menggapai cita-citanya bukan memaksakan kehendak untuk menjodohkan terlebih lagi di saat usianya yang masih belia

Ø Komentar

Setelah membaca naskah drama Dukun-dukunan karya Puthut Buchori  tidak hanya mengandung pesan di dalamnya namun diimbangi dengan sedikit komedi didalamnya  yang membuat para pembaca maupun penonton terhibur. Saya tertarik dengan tokoh Putri dimana dirinya menolak untuk dijodohkan di usianya yang masih muda dan lebih mementingkan pendiudikan. Tak hanya itu saja dalam drama ini juga menyimpan pesan bahwa sudah semestinya orang tua mendukung penuh anaknya dalam menggapai cita-citanya bukan memaksakan kehendak untuk menjodohkan terlebih lagi di saat usianya yang masih belia.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Puisi Doa Karya Chairil Anwar

RESENSI NOVEL LAUT PASANG 1994